Minggu, 22 November 2009

PUTRA DAERAH VS PENDATANG

   Putra daerah adalah seseorang yang memiliki garis keturunannya murni dari daerah dimana dia dilahirkan tersebut, misalnya Putra Daerah Alor, garis keturunan Kakek, Bapak dan Ibu harus dari Alor dan dia dilahirkan di Alor, meskipun dia tidak besar di Alor (Isu Pendatang VS Putra Daerah, www.bongkar.co.id, 10 Oktober 2009).
   Istilah tentang putra daerah yang lainnya adalah berdasarkan ikatan primordial, kultur, lokalitas, dan kejiwaan maka seorang "Putra/Putri Daerah" diasumsikan akan memiliki kepedulian yang lebih besar terhadap daerahnya dibandingkan dengan orang "non putra/putri daerah." Contoh sederhana saja : dalam pertandingan atau perlombaan PORDA (Pekan Olah Raga Daerah) Sulawesi Tengah, orang Palu tanpa diminta akan mengelu-elukan atlit atau tim yang mewakili Palu, sebagaimana juga orang Banggai atau Banggai Kepulauan tanpa dibayar akan tetap membanggakan atlit yang mewakili Banggai atau Banggai Kepulauan, karena ikatan-ikatan primordial, kultur, lokalitas, dan kejiwaan (Meletakan Wacana "Caleg Impor" Pemilu 2004, Hendra Umar, S.Ag dan Moh. Ali M. Mogel, www.radarsulteng.com, 9 Oktober 2009).
   Diskusi tentang pro dan kontra siapa yang pantas untuk memimpin suatu daerah hampir selalu menghiasi setiap pemilihan kepala daerah. Biasanya berpusat pada argumen generik bahwa yang terbaik bagi sebuah daerah adalah memiliki pemimpin yang berasal dari daerah itu karena memiliki tanggung jawab moral.
   Contohnya sosok atau figur yang tepat memimpin Kabupaten Mandailing Natal (Madina) kedepan harus putra asli daerah, memiliki karakter teladan, tegas, tangkas, dekat dengan rakyat, serta memahami kondisi geografis dan budaya setempat. Kriteria yang disampaikan oleh Ketua PB Mandailing Fondation Kobol Nasution adalah harapan masyarakat madina yang mengaharapkan sosok putra daerah untuk dapat menjadi pemimpin mereka pada Pemilihan Bupati tahun 2010-2015, (Bupati Madina Kedepan Harus Putra Daerah, www.inimedanbung.com, 9 Oktober 2009).
   Contoh lainnya adalah Isu yang diangkat adalah kalangan LSM di Surabaya dan Madura mulai mengkampanyekan untuk memilih calon legislatif (caleg) yang berasal dari putra daerah. Caleg putra daerah ini dianggap memiliki komitmen yang kuat dengan konstituen yang diwakilinya, (LSM Kampanyekan Caleg Putra Daerah, www.surya.co.id, 10 Oktober 2009).
   Sekarang yang menjadi pertanyaan apakah masyarakat mendukung akan namanya putra daerah untuk menjadi kepala daerah? Menurut beberapa opini masyarakat adalah, hemat saya siapa pun yang menjadi Bupati itu boleh saja entah dia Putra Daerah ataupun Luar Daerah sebab kita melihat dari kepemimpinannya bukan dari asalnya. Untuk apa dia putra daerah tapi kalau dia tidak punya hati dan tanggungjawab moral membangun Nias untuk apa dia putra daerah tapi KKN nya minta ampun, Untuk apa dia putra daerah kalau dia itu tidak bisa memimpin...............!!!? Apakah dengan Bupatinya Putra daerah otomatiss Nias akan Maju? Selama ini yang memimpin Nias Putra daerah tapi Nias tidak Maju-maju bahkan terbelakang ....Itu kah namanya putra daerah? Yang menutup mata tentang kemajuan daerahnya?, (Kristiurman Jaya Mendrofa, www.niasisland.com, 11 Oktober 2009).
   Pendapat yang lainnya menyatakan Putra Daerah dianggap akan lebih mewakili aspirasi masyarakat, baik itu dari kades, bupati, walikota, gubernur. Putra daerah juga lebih mudah/ memiliki akses didaerahnya, sehingga gue kalo pulang kampung, minimal kesempatan kerja lebih besar tetapi banyak putra daerah yang nggak mau pulang kampung, kecuali ya itu tadi, kalo diangkat jadi gubernur, walikota. Jadi ada benernya juga kalo nggak harus putra daerah, karena belum tentu putra daerah yang diharapkan memiliki kapabilitas, walaupun ia memiliki integritas tinggi terhadap daerahnya, sehingga yang terjadi KKN lagi, (Pompey, Walikota Harus Putra Daerah, www.forumkafegaul.com).
   Pro dan kontra putra daerah versus bukan putra daerah boleh jadi penting tetapi bukan segalanya yang lebih penting adalah kelayakan kepemimpinan sang kandidat tersebut. Karena sesuatu kekuatan itu bersumber dari apa yang dinamakan kepemimpinannya, contohnya dengan semangat yang membara Ir. Soekarno dapat membuat para pemuda dan pejuang kemerdekaan untuk bersemangat melawan para penjajah dan dapat merebut kemerdekakan Indonesia ditahun 1945.
   Tulisan ini bukan bermaksud untuk menggurui atau mengintimidasi semua yang mengaku putra daerah, akan tetapi mengingatkan bahwa kita ini adalah kesatuan utuh baik dari banyaknya suku, perbedaan agama, kita disatukan dengan cara merdeka bukan di merdekakan atau diberi kemerdekaan dari bangsa lain. Jadi jangan hanya memikirkan kepentingan pribadi maupun golongan semata akan tetapi utamakanlah untuk Bangsa Indonesia ini yang akan rindu dengan namanya kedamaian. Tugas utama setiap yang terpilih menjadi Kepala Daerah sampai Kepala Pemerintahan adalah mampu tidaknya mewujudkan perubahan menuju keadaan yang lebih baik dari sebelumnya dan memberikan citra positif akan tanggung jawab moral serta harus melaksanakan amanah yang telah diberikan bukan hanya janji-janji semata karena masyarakat kita ini setiap hari semakin cerdas.

Tidak ada komentar: