Minggu, 22 November 2009

SEBUTAN APA YANG PANTAS BUAT MALAYSIA

   Kasus-kasus dari mulai Pulau Sipandan dan Pulau Ligitan, sengketa di blok Ambalat yang kaya minyak, kasus TKI, lagu Rasa Sayange sebagai kampanye promosi pariwisata Malaysia, klaim Budaya dari Reog Ponorogo diganti dengan barongan, masalah Tari Pendet Bali dalam iklan pariwisata Malaysia dan kasus pelecehan terhadap lirik lagu Indonesia Raya yang semakin membuat mata dan telinga kita menjadi panas.
   Klaim kebudayaan yang dilakukan Malaysia membuat kita sebagai bangsa Indonesia marah besar dan murka dengan apa yang namanya Malaysia aksi boikot tentang produk Malaysia, aksi sweeping warga malaysia dan unjuk rasa pun terjadi di seluruh Nusantara.
   Kasus yang jarang kita dengar adalah istilah indon. ”Indon” merupakan sebutan umum di Malaysia untuk orang Indonesia. Namun, sekarang indon sering dipersepsikan negatif, yaitu sebutan untuk ”orang kelas dua” seperti TKI yang bekerja kasar di Malaysia. Misalnya sebagai pembantu rumah tangga, buruh bangunan, atau di perkebunan kelapa sawit. Indon juga sering dipersepsikan sebagai orang Indonesia yang menjadi salah satu sumber masalah sosial di Malaysia.
   Selain ”direndahkan” dengan sebutan indon, para TKI itu juga sering kali mendapat perlakuan yang tidak pantas di Malaysia. Bahkan, perlakuan ini sudah harus dirasakan saat menjalani pemeriksaan dokumen di Tawau yang kadang kurang manusiawi. Penganiayaan kerap harus diterima jika dianggap tidak bekerja dengan baik, (Suara Dari Perbatasan: Harapan untuk Presiden Terpilih, www.prakarsa-rakyat.org, 8 Oktober 2009).
   Wannofri Samry Dosen di Universitas Andalas, Kandidat Doktor di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM). Menyatakan walaupun warga Indonesia sering dianggap ”Indon”, dalam banyak hal sebenarnya Malaysia itu mengagumi Indonesia dari segi bahasa, budaya, demokratisasi, serta kemolekan dan keluasan wilayah. Beberapa profesor di Malaysia mengagumi sejarah kebijakan bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia. Seorang sejarawan di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) mengatakan bahwa bangsa Indonesia sangat tepat memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional sehingga bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan, (RI-Malaysia Indo, Indon, dan Indonesia, www.seputar-indonesia.com, 8 Oktober 2009).
   Pernyataan yang dilontarkan oleh Wannofri Samry Dosen di Universitas Andalas apakah sudah membuat kita cukup bangga dan senang? Jawabanya : Tidak, karena kita sudah cukup sabar dalam menghadapi kasus-kasus klaim Malaysia tentang kebudayaan Indonesia, rasa sakit hati yang mendalam ini sudah membuat kita (Indonesia) murka akan Malaysia.
   Menurut budayawan Emha Ainun Nadjib atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Cak Nun, tindakan Pemerintah Malaysia yang mengakui beberapa budaya asli Indonesia menjadi miliknya itu dianggap salah klaim. Cak nun mencontohkan, orang asli Lamongan menjual soto di Hawai, memang ketika diidentifikasi secara hukum sah apabila soto tersebut disebut Soto Hawai, tetapi salah jika soto tersebut diklaim milik Hawai. Sama kasusnya dengan klaim yang dilakukan Malaysia, katanya reog di Malaysia sah secara hukum apabila disebut Reog Malaysia. "Tidak menjadi masalah ketika Reog Malaysia copyright atau hak ciptanya Malaysia. Salahnya, ketika reog tersebut diklaim milik Malaysia. Reognya itu tetap milik Ponorogo," kata Cak Nun, (Emha Ainun Nadjib : Malaysia Salah Klaim, 9 Oktober 2009).
   Jika tadi Malaysia menyebut diri orang Indonesia adalah Indon. Sebutan yang pantas untuk Malaysia adalah Malingsia Trully Maling Asia {Malaysia (Malingsia) Pencuri Seni dan Budaya Indonesia, Brendra-Tyra.Blog.Friendster.com 9 Oktober 2009}, Maklaimsia (www.kaskus.us), Si Copy Cat Malaysia, Malingsial. Menurut saya sebutan yang tepat untuk Malaysia adalah Malingsia karena sebutan itu sesuai dengan maling atau pencuri, dan kita Bangsa Indonesia harus mempunyai sikap yang tegas dan berani karena harga diri bangsa kita adalah harga mati agar Malaysia (Malingsial) tidak bisa meremehkan kita dan menginjak-injak seenaknya dan kalau perlu pun kita ganyang Malaysia (Malingsia).

2 komentar:

munikanasin mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
munikanasin mengatakan...

biarlah malaysis tetap dengan malaysianya.... kita tetap dengan indonesia kitaaaaaaaaaaaaa

kita tak boleh menjust orang laen at negara laen.. kita harus tau and mnegaca juga, apakh kita juga tidak punya dosa ke mereka.... ok?

you agree?